Skip to main content

25 and Pregnant



Hi everyone,

Hope everyone is doing well.

So, yeah, as you read above, I’m pregnant.

25, and pregnant.

Sejujurnya, saya dan suami benar-benar tidak program cepat hamil, ataupun menunda. Karena kita benar-benar baru menikah November 2016 kemarin, dan baru menjalani kehidupan rumah tangga serta beradaptasi satu sama lain sebagai suami istri selama.. satu bulan.

Sejak sebelum menikah kami berdua sepakat bahwa kami akan pasrah untuk urusan mendapatkan anak. Kalau segera dikasih ya Alhamdulillah, kalau belum dikasih ya Insya Allah, Allah yang paling tahu kapan waktu yang tepat bagi kami berdua untuk mendapatkan anak. FYI, karena jadwal mentsruasi saya dari jaman SMA tidak pernah teratur, saya sempat mengira akan sedikit kesulitan untuk mendapatkan anak karena menghitung masa suburnya pasti lebih ribet.

Namun setelah seminggu saya telat menstruasi (walaupun jadwal mens saya sebenarnya tidak teratur, tapi saya memakai patokan tanggal menstruasi sebelumnya), akhirnya saya penasaran dan di kantor saya nekat membeli test pack. Purely hanya karena iseng saja. Dan begitu hasilnya 2 garis, saya langsung speechless. Bener-bener bingung. Akhirnya saya beli lagi 6 test pack lainnya sampai diketawain mbak-mbak Guardian. Pada bingung kali ya kenapa saya borong test pack dengan berbagai macam merk begitu.

Alhamdulillah semua test pack tersebut menunjukkan 2 garis yang artinya saya positif hamil (walaupun saya tetap insist ke suami untuk cek dulu ke dokter sebelum mengabarkan ke orang lain, bener-bener takut false alarm). Kemudian beberapa hari setelahnya kami cek ke dokter kandungan.

Dokter kandungan yang pertama kali kami datangi adalah Dokter Sofani Munzila yang praktik di RS Mitra Keluarga Depok, dengan pertimbangan kalau ada apa-apa deket dari rumah. Berdasarkan review-review di blog juga dokter Sofani salah satu dokter favorit di daerah Depok.

Sebagai pasangan muda cupu yang nggak ngerti bahwa antrian Obgyn di hari Sabtu sangat panjang, kami sukses mendapatkan antrian nomor 34! Alhasil saya yang pada dasarnya sudah moody, ditambah dengan keadaan badan yang mulai gampang pegel karena sedang hamil jadi tambah cranky, serta AC di RS Mitra Keluarga kurang dingin (menurut saya), makinlah saya uring-uringan. Untungnya saat dipanggil, Dokter Sofani benar-benar ramah dan mengayomi jadi kami cukup puas konsultasi dengan beliau. Kayaknya keliatan banget kali ya muka kita yang cupu nggak ngerti apa-apa karena hamil pertama kali. Jadi beliau lumayan banyak menginformasikan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan saat hamil.

Drama kehamilan saya dimulai seminggu kemudian. Tiba-tiba muncul flek coklat, dan sebagai ibu hamil muda yang bener-bener buta kehamilan langsung lah saya browsing internet kesana kemari. Ternyata, tindakan tersebut justru membuat saya semakin stress, karena banyak yang membahas tentang keguguran dan sebagainya.

Setelah diskusi dengan suami dan beberapa senior saya yang sudah hamil duluan, kami sepakat untuk nyoba konsultasi di dokter yang praktik di rumah sakit lain, dengan pertimbangan ingin mencoba dokter lain yang (siapa tahu) lebih cocok, serta mencari yang ruang tunggu yang lebih nyaman dan antrian yang lebih masuk akal.

Akhirnya pilihan kami jatuh di Kemang Medical Care. Lokasinya memang tidak di Depok, tapi Insya Allah masih terjangkau dalam waktu 30 menit dari rumah. Untuk dokter, kami mendapatkan rekomendasi Dokter Diah Kartika Sari.

Saat konsultasi dengan Dokter Diah, beliau cukup lama melakukan USG. Yang pertama beliau temukan adalah memang terjadi pendarahan sedikit di kantung janinnya, tapi Alhamdulillah bayi nya sehat-sehat saja. Yang kedua, beliau menyatakan bahwa rahim saya terbalik. Saya cukup kaget sih mendengarnya, karena saya takutnya itu kelainan yang berbahaya. Tapi beliau menangkan sambil tertawa, bahwa hal itu hal yang biasa, hanya sekedar variasi rahim dan tidak perlu khawatir. Kesan saya saat pertama kali konsul dengan Dokter Diah, beliau cukup teliti saat memeriksa. Beliau benar-benar memastikan bahwa bayi berkembang sesuai umurnya, dan beliau juga mau menjelaskan dengan detail. Karena saya bener-bener nol ilmunya ya mau gak mau saya agak cerewet dan cengegesan, tapi untungnya Dokter Diah tidak tampak keberatan *keliatannya sih gitu haha*.

Setelah konsultasi dengan dokter Diah, beliau meminta saya untuk bed rest 3 hari, yang mana langsung saya turuti. Selesai bed rest, saya masuk kantor lagi 2 hari. And guess what? Saya flek lagi di kantor. Panik lagi. Stress lagi. Akhirnya saya ke Dokter Diah  malam itu juga.

Sampai di sana, setelah di cek kondisi kehamilan saya sehat-sehat saja. Bahkan pendarahan sebelumnya pada kantung janin sudah berangsur membaik. Alhamdulillah.

Namun karena terjadi flek, Dokter Diah kembali menyarankan untuk bed rest 3 hari, yang mana kembali saya turuti, walaupun dengan beban pikiran “kerjaan kantor gimana nih?”.

Di hari ketiga bed rest, saya kembali mendapatkan flek, dan kali ini flek merah muda seperti mau menstruasi. Saya langsung gemeteran dan malam itu saya menangis terus-terusan karena takut terjadi apa-apa dengan bayi kami.

Akhirnya besoknya kami langsung kontrol lagi ke Dokter Diah. Alhamdullilah lagi, bayi kami tidak kenapa-kenapa. Namun, memang ada pendarahan (seperti radang/ memar) di antara rahim dan kantung janin. Beliau kembali melakukan usg cukup lama dan sangat teliti, kemudian beliau menyatakan bahwa tidak ditemukan polip ataupun kista di rahim saya. Intinya, rahim saya sebenarnya bersih. Sehingga kemungkinan besar flek terjadi karena kecapekan/stress. Dokter Diah pun meminta saya untuk istirahat total selama 2 minggu. Saya pun mengiyakan.

Saat bed rest 2 minggu saya bener-bener nyoba untuk ga mikirin kerjaan, saya ga buka email kantor dan ga buka laptop kantor. Surprisingly, selama dua minggu itu saya bener-bener ‘bersih’ ga ada keputihan ataupun flek sama sekali. So it does matter… buat saya. Setelah saya pikir-pikir, emang dari dulu saya paling ga bisa di bawah tekanan ataupun banyak pikiran. Saya pasti akan langsung stress dan merasa insecure. Mungkin benar kata orang, kalau ibu happy, bayinya happy, kalau ibu stress, bayinya ikutan juga.

Minggu depan saya akan kembali ngantor, sambil berdoa si bayi sudah semakin kuat dan saya pun juga sudah lebih kuat lagi mentalnya untuk kerja.

Wish us luck!

Cheers,

Diandra    

Comments

Popular posts from this blog

Review dan Rekomendasi Dokter Spesialis Anak (DSA) Jakarta Selatan

Hi, everyone! It’s been a while. Kali ini aku mau bahas kembali tentang Dokter Spesialis Anak. Kenapa dibahas lagi? Karena sejak setahun terakhir ini, Kai sempet beberapa kali ganti dokter karena sering kali nggak dapet slot antrian Dokter Margareta Komalasari (Dokter Eta). Padahal selama ini udah cocok banget sama Dokter Eta :(. Paling sedih itu sebenernya kalau dadakan butuh konsul, pasti slotnya udah full atau antriannya panjang sekali.'   Beberapa kali pernah sih, karena urgent kita sampai telepon ke Dokter Etha langsung biar bisa ‘diselipin’. Tapi nggak mungkin kayak gitu terus kan. Selain nggak enak sama pasien lain yang antri, suka atut juga aku tuh dijutekin sm suster-suster poli :p. Semenjak kita sering kesulitan dapet slot antrian Dokter Eta, mau nggak mau aku harus cari opsi lain. Sekarang kriterianya jadi nambah : Dokter friendly, RUM, dan antriannya nggak panjang! Hahahaha. Padahal ya sebenernya kalau dokter friendly dan RUM udah pasti banget jadi dok...

Dokter Spesialis Anak (DSA) Kaibirru

Hai all! Wah, udah lama gak update blog ya… haha. Barusan abis blogwalking terus tiba-tiba keinget sama blog sendiri yang udah lama terbengkalai~. Anyway, kali ini aku mau bahas tentang dokter spesialis anak Kai yang sempet gonta-ganti sekian kali haha. Seperti yang udah aku ceritakan sebelumnya, Kai lahir di RS Mitra Keluarga Depok. Nah, setelah lahir DSA yang memeriksakan adalah Dokter Yusnita. Aku cuma beberapa kali aja ngobrol sama beliau selama di rumah sakit, dan selanjutnya cuma vaksin sekali karena aku mau coba cari DSA lain yang siapa tahu lebih sreg di hati hehehe. Setelah baca-baca review orang akhirnya aku konsul ke Dokter Rastra di Hermina Depok. Namun sayangnya, aku kurang cocok sama beliau. Mungkin karena aku prefer dokter yang lebih “bikin adem” dan friendly kali ya. sementara dokter Rastra ini tipe yang blak-blak an kalo ngomong. Apalagi waktu itu aku baru banget melahirkan, masih baby blues pula. Sensitifnya ampun-ampunan haha. Emang perkara DSA ini coc...

Review Daycare Depok

Hai semuanya! Sesuai dengan story Instagram ku beberapa waktu yang lalu, aku mau share soal daycare-daycare di Depok. Salah satu alasanku memulai survey daycare ini adalah karena aku ada wacana untuk bekerja kembali dalam waktu dekat. Mungkin banyak yang bingung kenapa aku memilih daycare padahal di rumah sebetulnya masih ada Enin-nya Kai dan ART. Tapi untuk hal itu, nanti aku bikin post sendiri aja ya. Untuk post kali ini aku akan fokus membahas daycare-daycare yang sudah aku survey di area depok. A. RUMAH CERDAS Jujur, Rumah Cerdas sebetulnya adalah kandidat utama kami pada awalnya. Mengapa? Karena lokasinya yang dekat dari rumah (lokasinya masih di dalam komplek rumah kami), dan pernah baca beberapa review juga katanya Rumah Cerdas ini cukup oke. Guru/ Pengasuh Saat kami sampai disana, kami disambut oleh salah satu guru pengasuh. Kesan yang kami dapat pertama kali adalah guru-gurunya sangat keibuan dan penyabar. Karena terlihat beberapa anak  attached...