Skip to main content

Sensory Baby Class

Hai readers,

Mumpung Kai lagi jalan-jalan sore, dan wi-fi di rumah lagi kenceng, saya mau berbagi lagi. Kali ini saya mau membahas tentang kegiatan bayi-bayi yang lagi sering bermunculan di Instagram. Yaitu sensory baby class.

Karena saya kebetulan ikut Birth Club Agustus 2017, yang mana salah satu kegiatannya adalah playdate, maka Kai berkesempatan ikut sensory baby class yang waktu itu diadakan oleh Kindy Cloud dan @bcaug2017.

Waktu itu acara diadakan di Bubba Bump, sebuah restoran yang berada di daerah Wolter Monginsidi. Untuk Bubba Bump nya sendiri nggak saya review ya di sini. Mungkin di lain kesempatan :).

Anyway, kelasnya berjalan sekitar satu jam. Satu kelas diisi oleh 11 sebelas anak beserta orangtuanya. Kegiatan diawali dengan perkenalan melalui kegiatan nyanyi-nyanyi, main gendang kecil (mon map ibu kai ga afal namanya), kemudian diikuti dengan story telling, menyentuh dan menginjak berbagai macam tekstur, melukis dengan cat air, bermain bubble, dan bernyanyi dengan parasut.

Selama kelas, Alhamdulillah Kai suka banget dan keliatan menikmati. Walaupun lumayan lasak juga dia, jadi saya harus bolak balik ambil dia hehe. Reaksinya tentu berbeda ya dengan setiap bayi. Selama kelas berjalan, ada yang nangis, ada yang seneng, ada yang bete, bahkan ada yang haus atau ngantuk. Kalau menurut saya pribadi, kegiatannya sensory baby class ini cukup bagus dan positif untuk para bayi. Selain mengenailkan berbagai jenis tekstur (biar anaknya nggak jijik-an), kegiatan-kegiatannya juga memberikan ide buat ibu-ibu kayak saya 
yang suka buntu cari kegiatan di rumah buat si bayi.

Untuk reaksi bayi yang berbeda-beda menurut saya juga wajar aja. Orangtua nya juga sebaiknya ngikutin maunya anak aja sih. Kasian kalo dipaksa.

Sebulan berikutnya. Kai berkesempatan lagi ikut sensory baby class. Kali ini diadakan oleh MIKA Daycare di South Quarter, TB. Simatupang. Tempatnya bagus, nyaman, dan higienis banget deh. Isi kegiatannya kurang lebih sama dengan Kindy. Namun, saya merasa untuk kelas yang diadakan MIKA ini, fasilitatornya lebih took it slow with the babies. Nggak terburu-buru, pokoknya santai banget deh. Kayaknya pace nya bener-bener ngikutin para bayi. Jadi bayi-bayi nggak pada cranky dan orang tua nya juga lebih santai karena ngga buru-buru pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.

Setelah ikut dua kelas sensory dan melihat antusiasme Kai yang besar sekali, saya sempet kepikiran apa daftarin Kai aja ya ke regular class (ada yang diadakan oleh MIKA, Rumah Dandelion, ataupun Cikal). Regular Class disini biasanya diadakan 2x – 3x seminggu. Tapi saya masih kepikiran takut Kai capek, atau bosen. Kasihan juga kalo masih bayi udah capek belajar haha. Jadi niat saya itu masih ditunda. Masih butuh pertimbangan lagi yang lebih masak.

Anyway, dari sensory baby class itu, menurut saya hal-hal positif yang bisa diambil adalah:
  •         Kai belajar bersosialisasi dengan bayi-bayi yang umurnya kurang lebih sama. Selama ini dia kan bak pangeran tuh di rumah. Paling kecil sendiri.
  •         Kai belajar bergantian atau sharing dengan temannya.
  •     Kai belajar mengenal berbagai tektur, dari yang kasar, yang lembek, kering, basah, dan lain-lain.
  •         Orang tua mendapatkan ide-ide permainan yang bisa dilakukan di rumah.


Sekian sharing saya tentang sensory baby class. Semoga berguna :).

Cheers,

Diandra

Comments

  1. Halo mom..oiya mau tanya. Itu ikutan nirth club agt 2017 dimana ya??

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Review dan Rekomendasi Dokter Spesialis Anak (DSA) Jakarta Selatan

Hi, everyone! It’s been a while. Kali ini aku mau bahas kembali tentang Dokter Spesialis Anak. Kenapa dibahas lagi? Karena sejak setahun terakhir ini, Kai sempet beberapa kali ganti dokter karena sering kali nggak dapet slot antrian Dokter Margareta Komalasari (Dokter Eta). Padahal selama ini udah cocok banget sama Dokter Eta :(. Paling sedih itu sebenernya kalau dadakan butuh konsul, pasti slotnya udah full atau antriannya panjang sekali.'   Beberapa kali pernah sih, karena urgent kita sampai telepon ke Dokter Etha langsung biar bisa ‘diselipin’. Tapi nggak mungkin kayak gitu terus kan. Selain nggak enak sama pasien lain yang antri, suka atut juga aku tuh dijutekin sm suster-suster poli :p. Semenjak kita sering kesulitan dapet slot antrian Dokter Eta, mau nggak mau aku harus cari opsi lain. Sekarang kriterianya jadi nambah : Dokter friendly, RUM, dan antriannya nggak panjang! Hahahaha. Padahal ya sebenernya kalau dokter friendly dan RUM udah pasti banget jadi dok...

Dokter Spesialis Anak (DSA) Kaibirru

Hai all! Wah, udah lama gak update blog ya… haha. Barusan abis blogwalking terus tiba-tiba keinget sama blog sendiri yang udah lama terbengkalai~. Anyway, kali ini aku mau bahas tentang dokter spesialis anak Kai yang sempet gonta-ganti sekian kali haha. Seperti yang udah aku ceritakan sebelumnya, Kai lahir di RS Mitra Keluarga Depok. Nah, setelah lahir DSA yang memeriksakan adalah Dokter Yusnita. Aku cuma beberapa kali aja ngobrol sama beliau selama di rumah sakit, dan selanjutnya cuma vaksin sekali karena aku mau coba cari DSA lain yang siapa tahu lebih sreg di hati hehehe. Setelah baca-baca review orang akhirnya aku konsul ke Dokter Rastra di Hermina Depok. Namun sayangnya, aku kurang cocok sama beliau. Mungkin karena aku prefer dokter yang lebih “bikin adem” dan friendly kali ya. sementara dokter Rastra ini tipe yang blak-blak an kalo ngomong. Apalagi waktu itu aku baru banget melahirkan, masih baby blues pula. Sensitifnya ampun-ampunan haha. Emang perkara DSA ini coc...

Mengapa ke Psikolog Anak?

Halo, semuanya! Sudah lama nggak nulis tentang pengalamanku sebagai Ibu. Kangen juga hahaha. Kali ini aku mau share tentang pengalamanku yang beberapa kali memutuskan untuk berkonsultasi dengan Psikolog Anak. Beberapa waktu yang lalu aku sempat share di Instagram bahwa aku dan suami membawa Kai ke Psikolog Anak untuk screening tumbuh kembang sekalian memastikan tipe sekolah apa yang cocok untuk Kai. Waktu itu banyak yang bertanya “Kenapa harus sampai ke psikolog?", "Ada apa dengan Kai?”. Bahkan ada juga yang komen “Saya jadi sedih anak-anak jaman sekarang kok banyak yang ke Psikolog. Kasihan sekali.” Saat itu aku baru paham, ternyata masih banyak yang menganggap bahwa konsultasi ke Psikolog itu hanya kalau ‘ada apa-apa’ dan sesuatu yang tabu. Padahal, tidak harus menunggu ‘sesuatu yang serius’ loh untuk ke Psikolog Anak. Throwback sedikit, pengalamanku berdiskusi dengan Psikolog Anak dimulai saat Kai masih di daycare (usia 1 tahun). Saat itu, pihak daycare memang memberik...