Akhirnya di tahun 2021 ini, Kai memulai sekolahnya. Sebenarnya, tahun lalu di Maret 2020 sudah sempat kami daftarkan di suatu sekolah, tapi pengalamannya kurang mengenakkan untuk Kai. Intinya kami berhenti dari sekolah tersebut karena kurang tepat metodenya untuk Kai dan kemudian mendaftar di sekolah lain sesuai rekomendasi dari psikolog anak yang kami temui. Sesuai umurnya yang ‘nanggung’, akhirnya kami mendaftarkan Kai ke KB dengan harapan di tahun 2022 dan 2024 nanti usianya sudah lebih matang sebagai siswa TK dan SD.
Karena kondisi pandemi yang
semakin lama semakin gak menentu, tentu saja Hari Pertama Sekolah Kai dilakukan
secara virtual Bersama seluruh siswa sekolahnya dari jenjang PAUD sampai SD.
Acaranya cukup efisien, gak bertele-tele, dan menyenangkan. Terutama untuk anak
TK dan SD ya, karena mereka sudah lebih familiar dengan komunikasi secara
virtual. Hari itu, aku dan suami mencoba untuk membuat suasana se-rileks
mungkin. Kalau Kai sudah tidak mau melihat layar, yasudah. Kami ingin
pengalamannya menyenangkan.
Kemudian, tibalah hari pertama
Kai bertemu guru kelas dan teman-temannya (lagi-lagi secara virtual via zoom).
Dari malam harinya, jujur aku gelisah banget hahaha. Mengingat pengalaman
sekolah yang kurang mengenakkan tahun lalu, aku jadi kepikiran sendiri
kira-kira Kai akan senang gak ya, dia akan menikmati sekolah gak ya? Mau gak ya
dia ngobrol sama guru dan teman-temannya di zoom? Mau gak ya dia duduk manis?
Hari itu, para orang tua diminta
membekali anak sebuah mainan kesukaannya untukk kemudian diceritakan kepada guru
dan teman-temannya. Kai memilih mainan Thanos miliknya. Saat gilirannya, wow!
Kai semangat sekali menceritakan ciri-ciri mainan Thanos nya. Senang sekali
rasanya, karena bahkan Kai mau menjawab beberapa pertanyaan guru dan
teman-teman. Jujur, Ibu udah pengen nangis terharu liatnya, mengingat tahun
lalu baru diajak duduk depan laptop aja selalu ngomong “Kai gak suka sekolah!”,
“Ibu guru jelek!” dan sebagainya diikuti tantrum level bombastis dan kabur ke pager
depan rumah di saat aku lagi hamil besar hahaha. Sekarang mah udah bisa ketawa
kalo inget2, kalo dulu hampir tiap hari nangis curhat sama suami :’).
Begitulah, hari-hari sekolah
selanjutnya di sekolah yang baru berjalan dengan lancar. Penolakan kadang-kadang
tetap ada tapi itu karena dia gak mood aja, atau kurang suka dengan kegiatan
hari itu tapi ya gak sampai tantrum atau gimana gitu. Bahkan kadang walau dia
gak suka, dia masih bersedia untuk duduk manis menonton teman-temannya. Paling
kalau Kai sudah bosan, ia akan berkomentar “lama sekali sekolahnya, Ibu.”
Baru-baru ini, guru kelasnya
membuat video tentang menghitung alat kebersihan yang bisa diakses oleh orang
tua kapan saja. Awalnya udah skeptis sih, sempet mikir juga “Wah, bakal perang
nih nemeninnya.” Eh, gak taunya videonya interaktif dan menarik banget. Selama
ini, pengenalan lambang huruf dan angka tuh momok banget buat aku karena Kai
belum tertarik sama sekali. Segala cara dari yang serius sampai sambil bermain,
gak mempan buat dia, dan seringkali berujung berantem sama Ibu. Eh, pas dikasih
tontonan video ini Kainya semangat sekali. Malah minta diputar ulang. Hari ini,
totalnya udah 3x dia minta ulang. Jadi, sejauh ini menurutku dengan kondisi pandemi
yang membuat aktivitas sekolah terbatas, Kai tetap mendapatkan pengalaman sekolah
yang menyenangkan. Itu yang penting buat kami.
Tingkat level stress ku saat mendampingi anak sekolah juga jauh berbeda dari tahun lalu. Ya kalau dipikir-pikir dulu sampai berhenti sekolah karena aku nya stress juga. Bayangin aja, tiap pagi 3x seminggu harus menghadapi tantrum bombastis karena gak mau sekolah. Di satu sisi gak mau anak trauma, di sisi lain bingung juga mau kasih aktivitas apa :’). Di sekolah yang sekarang, orang tua diberikan panduan kegiatan stimulasi yang bisa dilakukan di rumah, dan ada video-video yang bisa diakses oleh orangtua, serta rekomendasi buku-buku yang bisa dibacakan ke anak. Setiap minggu, kegiatan-kegiatan ini diupdate dan orang tua bisa memberikan dokumentasi berupa video, foto, atau narasi lewat google drive. Sungguh memudahkan hidup Ibu, dan jujur aku gak merasa tertekan lagi kalau Kai lagi gak mau zoom, karena toh banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan di rumah.
Memang sekolah online ini bukan sesuatu yang mudah ya untuk para orang tua. Menurutku, yang bikin stress itu memang kondisi perubahan bahwa sekarang mau gak mau, orang tua harus lebih involved di kegiatan anak. Harus memberikan pendampingan bagi anak untuk belajar di rumah tentu bukan sesuatu yang mudah, karena kita harus memberikan ekstra tenaga dan waktu untuk urusan sekolah ini. Kadang secara otomatis kita sebagai orang tua memiliki ekspektasi tertentu atas anak kita, dan saat kita melihat secara langsung cara belajar anak kita yang tidak sesuai ekspektasi, meledak lah kita. Belum lagi jika pihak sekolah tidak sejalan dengan kita dan sulit diajak berkolaborasi. Sungguh pening pastinya, ya. Salah satu cara yang membuat saya bisa lebih santai menghadapi sekolah online tahun ini ya dengan cara berdamai. Berdamai bahwa memang kondisi saat ini tidak lagi seperti dulu. Berdamai bahwa mau gak mau memang peran orang tua diperlukan lebih banyak dalam urusan sekolah. Berdamai bahwa kondisi seterusnya bisa jadi berubah-ubah. Dengan berdamai seperti ini, saya merasa lebih bisa mengatur ekspektasi saya terhadap Kai dan ekspektasi saya terhadap diri saya sendiri sebagai Ibu. Tentu tidak selalu mulus setiap harinya, namanya juga hidup haha. Tapi sekarang mencoba lebih dibawa santai aja. Yang penting goal nya apa. Untuk kami, goalnya simply Kai menikmati pengalaman sekolahnya.
Alhamdulillah, saat ini kami berdua merasa Kai cukup menikmati kegiatan sekolahnya, dan kami melihat banyak sekali progressnya. Sejauh ini, kami merasa telah memilih sekolah yang tepat untuk Kai. Semoga kondisi pandemi ini segera
membaik ya, jadi anak-anak bisa kembali sekolah tatap muka dengan kondisi yang
aman. Aamiin.
Diandra
Comments
Post a Comment